Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts
Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts

Tuesday, October 9, 2012

Telaga Malimping Bogor, Wisata murah dan Seru



Telaga Malimping adalah tempat wisata keluarga yang terletak di Kampung Malimping, Desa Ciadeg, Kecamatan Cigombong, Bogor. Telaga Malimping merupakan tempat wisata alam yang menyajikan panorama yang asri, suasana perkampungan dengan pemandangan alam yang indah serta udara segar dan sejuk cocok untuk berwisata dengan keluarga dan sahabat anda. 





Telaga Malimping memiliki fasilitas dan wahana yang cukup lengkap seperti: ATV, Mandi Bola, istana balon, kebun binatang mini, Banana Boat, Flying Fox, Perahu, Kolam Renang, Canopy Street, Paintball, Rafting,  jet ski, mini trail, arung jeram, karaoke, tempat pemancingan, Digital Studio Recording, Penyewaan Studio Musik, Tenda, Gazebo, Ruang Pertemuan, Pondok Kuliner dan Penginapan, dll.

Dengan Pemandangan Alam yang indah serta udara yang sejuk dan berbagai fasilitas lengkap yang disediakan, anda dan keluarga dapat menikmati liburan yang seru dan menyenangkan di Telaga Malimping.





info lebih lanjut, web resmi: www.telagamalimping.com

Tuesday, February 14, 2012

Keindahan Curug Malela


Banyak kalangan menyebutkan bahwa Curug Malela mirip dengan Niagara di Ontario, Canada. Memang ukuran Malela ini jauh lebih kecil dengan debit air yang juga jauh lebih sedikit. Namun, dilihat dari strukturnya bahwa Curug Malela ini memang layak dijuluki Niagara Mini.

Curug Malela yang dalam bahasa Indonesia berarti Air Terjun Malela, terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga – Gununghalu Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng, gunung berapi yang terletak di sebelah barat Ciwidey yang telah mati, mengalir melalui Sungai Cidadap – Gununghalu.


Curug Malela ini memiliki ketinggian sekitar 60-70 meter dan mempunyai lima buah jalur air terjun yang seakan-akan mengingatkan kita kepada yang maha pencipta agar tidak melupakan shalat 5 (lima) waktu. Jika debit air sedang deras maka akan terlihat kemegahannya yang mempesona, bahkan kalau dilihat dari kejauhan terkesan seperti benang-benang sutra halus. Disebelah kanan terlihat sebuah tebing yang cukup tinggi berwarna putih yang mengarah ke bawah. Ada kemungkinan bahwa dulunya dinding ini juga sebuah air terjun. Jika memang demikian, dapat dibayangkan betapa indah dan megahnya Curug Malela ini. Sebuah surga tersembunyi yang nyaris terisolir dari peradaban dan bagaikan harta karun yang belum digarap secara optimal.
 

Curug Malela memang belum populer untuk saat ini, bahkan masyarakat bandung dan sekitarnya pun masih banyak yang belum kenal dengan si Niagara Mini ini. Namun, itu bisa dimaklumi, kurang populernya Curug Malela sebagai daerah wisata disebabkan karena daerah ini masih sangat sulit dijangkau, cukup terisolir dari dunia luar. Belum lagi dengan kondisi medan yang begitu berat membuat Curug Malela sulit dijadikan salah satu tujuan wisata keluarga. Namun, jika Anda hobi berpetualang akan mendapatkan kepuasan tersendiri dengan menelusuri sebuah lembah yang ditutupi hutan berbukit-bukit, seakan-akan menelusuri surga yang tersembunyi. Begitu indah namun cukup sulit untuk dijangkau.


Sebenarnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat (KBB) sendiri pada tahun 2010 telah mencanangkan untuk menggarap potensi wisata di wilayah selatan KBB (selain  Lembang dkk., sebagai wilayah utara KBB) yang tentunya harus diawali dulu dengan memperbaiki dan/atau menyediakan akses jalan yang memadai karena bagian terpenting dari tempat wisata ialah mudah dikunjungi.

Menurut Ketua Pemuda Pariwisata Curug Malela, Unang Supardi: Keindahan Curug Malela ini tidak berdiri sendiri. Curug Malela merupakan air terjun paling atas dari rangkaian tujuh air terjun bertingkat sepanjang 1 kilometer. Urutannya adalah: Curug Malela, Curug Katumiri, Curug Manglid, Curug Ngeubul, Curug Sumpel, Curug Palisir, dan ditutup dengan Curug Pamengpeuk. Semua terletak di Desa Cicadas.
 
Setiap air terjun memiliki kekhasannya tersendiri. Curug Malela memiliki air terjun yang terpisah saat jatuh. Curug Katumiri pada pukul 8.00-9.00 bisa memperlihatkan pelangi di badan air terjun. Curug Ngeubul, air yang jatuh berkumpul (kebalikan dari Curug Malela) sehingga menimbulkan efek kabut dan suara yang menggelegar.
 
Curug Manglid memiliki goa di belakang air terjunnya. Curug Sumpel memiliki daerah di bawah air terjun yang lebar. Curug Palisir mirip Curug Malela dengan ketinggian yang lebih rendah. Terakhir, Curug Pameungpeuk, yaitu muara air terjun antara Sungai Cidadap dan Cisoka yang terletak tidak jauh dari air terjunnya.
Akses menuju Curug Malela dengan kendaraan umum sebenarnya juga tidak terlalu sulit. Kebanyakan yang datang memulai perjalanan dari kota Bandung, meskipun bisa juga melalui jalur Sukabumi atau Cianjur. Di bawah ini sedikit panduan untuk menuju lokasi (rute) Curug Malela:
  1. Dari terminal Ciroyom, Bandung: Naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya yang ditempuh dalam waktu sekitar 3 hingga 4 jam.
  2. Dari terminal Leuwi Panjang, Bandung: naik angkot jurusan Cimahi atau Cililin, dari Cililin lanjutkan dengan Angkot jurusan Gununghalu (turun di depan mini market alfamart – gununghalu) kemudian naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya. Atau langsung saja dari Cililin naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya.
  3. Dari Tol Padalarang, Kabupaten Bandung Barat: naik angkot jurusan Cimahi, turun di Cimareme dan lanjutkan naik angkot jurusan Cililin atau langsung saja dari Cimareme naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya.
  4. Dari terminal Cileunyi, Kabupaten Bandung: Naik Bis Jurusan Cileunyi – Cililin kemudian dari Cililin lanjutkan dengan naik Bis jurusan Gununghalu/Bunijaya.
Dari terminal Bunijaya, lanjutkan perjalanan dengan menggunakan ojek ke Desa Cicadas atau jika Anda ingin mengirit pengeluaran atau yang suka berpetualang, silahkan berjalan kaki dengan jarak sekitar 12 km. Setelah itu lanjutkan perjalanan melintasi bukit-bukit, hutan dan sawah sekitar 3 hingga 4 km. Dan bagi yang belum tau lokasi, jangan khawatir sebab begitu tiba di Desa Cicadas, sudah ada warga setempat yang bersedia memandu Anda menuju ke lokasi air terjun.Dalam perjalanan, Anda bisa menikmati pemandangan perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN VIII Montaya saat melewati Kecamatan Gununghalu – Rongga.



sumber: http://alampriangan.wordpress.com/2011/03/02/curug-malela-niagara-mini/
photo: http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita_foto/detailberitafoto/320

Gunung Bunder

Kota bogor tidak hanya terkenal dengan kawasan puncak nya, namun jika kita mau meluangkan waktu untuk lebih menjelajahi keindahan alam yang berada di kawasan bogor ini maka akan menemukan banyak sekali objek wisata yang masih alami.

Kawasan wana wisata gunung bunder adalah salah satunya, lokasi wisata ini sendiri terlatak di wilayah kecamatan Pamijahan kabupaten Bogor Jawa Barat. Karena berada di ketinggain antara 750-1.050 meter dari permukaan laut (dpl) maka suhu di kawasan ini cukup sejuk dan jika kabut turun cenderung dingin, sebagian besar kawasan wana wisata ini adalah hutan pinus milik Perhutani,

Baru memasuki pintu gerbang nya saja kita sudah disuguhi dengan keindahan hutan pinus yang berjajar rapi dan hijau, seolah berada di hutan yang jauh di pelosok pedesaan, padahal lokasi ini tidak jauh dari Jakarta maupun kota Bogor sendiri. Keindahan yang kita lihat itu hanyalah sebagian kecil dari keindahan-keindahan yang akan kita temukan selanjutnya di kawasan ini, diantaranya adalah beberapa curug (airterjun) yang masih alami, dan hampir semua curug-curug di kawasan ini berada di dekat jalan raya, jadi tidak perlu mengeluarkan tenaga terlalu banyak untuk berjalan kaki guna menikmati keindahannya. Beberapa curug itu diantaranya adalah curug Cihurang, curug  cigamea, curug ngumpet, curug seribu, selain itu ada juga tersedia bumi perkemahan di lokasi ini.

Bagi anda yang menyukai petualangan maka lokasi kawah ratu dan curug seribu  bisa dijadikan agenda tempat yang wajib anda kunjungi, namun untuk mencapai kedua lokasi tersebut memang dibutuhkan tenaga ekstra, untuk mencapai kawah putih sendiri anda harus menempuh jarak sekitar 14 kilometer dengan berjalan kaki dari bumi perkemahan, sedangkan untuk mencapai curug seribu anda harus menempuh jarak 1 – 1.5 kilometer dengan berjalan kaki di jalan setapak yang licin dan curam, namun disinilah letak tantangan yang akan anda taklukkan, dan tak jarang dari para pengunjung langsung jatuh cinta dengan medan trek-nya yang memberikan tantangan tersendiri. Namun jika tidak mau direpotkan dengan jalan kaki yang jauh curug curug di bawah ini layak anda kunjungi jika sedang mengunjungi kawasan wisata ini.


Curug Cihurang
 
 
Curug ini tidaklah terlalu besar namun cukup asri, dari gerbang penjualan tiket kita hanya tinggal berjalan kaki sejauh  tidak lebih dari 200 meter di sampng sungai kecil yang masih alami, gemericik air dari aliran sungai kecil ini seolah sebuah  nyanyian alam yang sangat indah, dilokasi ini juga terdapat semacam kolam kecil untuk mandi dan berenang dan bila kita membawa putra-putri kesayangan jangan khawatir untuk membebaskan mereka mandi dan berenang di kolam tersebut namun tetap harus di dalam pengawasan kita.
 
Curug Ngumpet


Untuk mencapai curug ini dari jalan raya hanya dibutuhkan jalan kaki sejauh tidak sampai 300 meter, namun begitu kita melihat derasnya air terjun yang jatuh dijamin langsung jatuh hati, begitulah yang saya rasakan ketika saya mengunjungi air terjun ini untuk pertama kalinya, deretan bebatuan di aliran sungainya juga merupakan sebuah keindahan tersendiri untuk di nikmati, dan bagi anda yang gemar fotografi lokasi ini adalah tempat yang cocok untuk melampiaskan hasrat memotret anda. Air terjun ini terlindung oleh pepohonan diatasnya sehingga terlihat rindang dan sejuk, dinding-dinding tebing nya di tumbuhi lumut hijau seolah sebuah lukisan dari sang maestro. Bagi anda yang tahan dengan dinginnnya air terjun silahkan menikmati sensasi pijatan dari air terjun tersebut dengan berdiri di bawahnya, namun jika masih belum berani melakukan pijat air terjun silahkan hanya berenang-renang saja di bawah air terjun tersebut, namun tidak disarankan untuk membiarkan putra-putri anda berenang di kawasan ini tanpa di dampingi orang tua maupun pengasuhnya karena lokasinya lumayan dalam dibagian tengahnya jika debit air sedang banyak.

Dingin-nya air terjun dan indahnya pemandangan disekitarnya seolah menyatu dalam sebuah maha karya keindahan, dan akan membawa kita sejenak melupakan hiruk pikuk kesibukan sehari-hari. Jika anda menyukai sedikit tantangan di kawasan ini juga menawarkannya bagi anda, silahkan selusuri sungai di bawah air tejun ini, bebatuan besar berlumut menghiasi sepanjang sungai ini hingga jalan raya, dan karena warna lumutnya yang hijau kekuningan nya itulah batu-batu tersebut jadi kelihatan eksotik untuk di abadikan dalam kamera anda.

Curug Cigamea


Curug Selanjutnya yang wajib anda kunjungi di kawasan yang masih masuk dalam area kawasan wisata salak endah ini adalah curug cigamea, untuk mencapainya tidaklah susah, anda hanya tinggal menuruni anak tangga yang sudah tersedia, dan setelah sekitar sepuluh menit menuruni anak tangga kita akan di hadapkan pada sebuah air terjun yang lumayan tinggi dengan tebing-tebing nya yang berwarna coklat kemerahan jika sedang tersinari oleh matahari di ufuk barat.

Terdapat beberapa warung dan kamar mandi di lokasi air terjun ini, hanya dengan duduk di warung sambil menikmati secangkir kopi panas saja kita sudah bisa merasakan embun yang tersembur dari derasnya air terjun tersebut, dalam perjalanan menuruni anak tangga menuju air terjun tersebut tak jarang dijumpai gerombolan monyet yang lucu-lucu, dan mereka juga tidak takut dengan kedatangan kita. Sedang asik menimati kopi di sebuah warung ternyata ada sedikit kehebohan dari para pengunjung lain, ternyata setelah saya datangi ada seorang bocah hendak meloncat dari atas air terjun, dan seolah tak menghiraukan teriakan para pengunjung di bawah loncatlah anak tersebut dari atas kawasn air terjun tersebut, begitu dia muncul lagi dipermukaan dasar air terjun tepuk tangan meriah pun membahana hampir di setiap sudut lokasi air terjun tersebut. Benar-benar aksi yang gila namun pastinya akan memberikan sebuah sensasi tersendiri bagi yang melakukannya…berani mencoba?
 
Curug Seribu

Diantara sekian curug yang pernah saya datangi di kawasan Gunung under ini, curug seribu ini lah yang paling berkesan. Selain terjalnya medan juga karena ketinggian curug ini. Untuk mencapai air terjun ini dibutuhkan stamina yang seidkit ekstra, tanjakan dan turunan terjan dengan tebing disebelah kiri dan jurang di sebelah kanan kita. Belum lagi ketika hujan turun seperti pada saat saya bertandang kesini. Bebatuan pijakan dan jalanan kecil itu akan menjadi licin, jadi di perlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam melangkah agar tidak terperosok kedalam jurang. Ada beberapa air terjun kecil di sepanjang jalan menuju lokasi air terjun ini, lumayan lah untuk mengobati penat yang muncul.

Dengan tinggi sekitar 100 meter disertai dengan debit air besar yang berasal dari gunung salak mengikuti aliran air sungai Cikuwulung menjadikan curug ini sebagai curug tertinggi yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ini. Hati-hati jika berada di kawasan curug ini, karena bebatuan yang licin dan debit air terjun yang bsar tak jarang curug ini memakan korban. Keteledoran kita sendiri lah penyebab itu semua, karena di beberapa tempat saya menjumpai beberapa peringatan tentang bahaya yang mengintai. 
 
Curug Goa Lumut


Curug selanjutnya yang menarik perhatian saya adalah Curug Goa Lumut. Akses menuju curug ini tidaklah susah, namun kita harus ekstra hati-hati karena jalan yang baru di buka masih rawan lonngsor. Menang keberadaan curug ini masih tergolong baru jika dibandingkan dengan beberapa curug yang telah saya tuliskan diatas. Air terjunnya memancar dari atas ceruk yang menyerupai goa kecil. Dan lumut tumbuh dengan lebatnya di seluruh dinding cerukan kecil itu. Mngkin karena alasan inilah nama curug ini terbentuk.

Curugnya sendiri nyaman sekali untuk berendam. Dinginnya air pegunungan yang tertampung dalam kubangan yang berada di bawah air terjun ini layaknya sebuah bathub mahal di tengah sebuah harta karun alam yang sungguh mempesona. Suasana sunyi juga seolah membuai kita untuk sejenak melupakan rutinitas yang terkadang menyebalkan.

Curug Luhur

Curug yang satu ini letaknya sedikit memisahkan diri dari beberapa curug lainnya. Dengan tinggi sekitar 50 meter curug ini membentuk pusaran di bawah air terjun nya yang lumayan berbahaya jika kita tidak hati-hati. Air yang mengair juga cukup deras, apalagi jika musim hujan turun. Disamping itu keindahan yang terpancar dari curug ini juga begitu mempesona. Dua buah air terjun sejajar membuai mata siapapun yang menikmatinya.

Karena letaknya yang tidak jauh dari jalan raya kota Bogor-Kawasan Gunung salak endah, maka curug ini cukup ramai di kunjungi wisatawan. Bagi yang kurang bernyali berenang di bawah air terjun jangan khawatir, sudah di buatkan beberapa kolam-kolam kecil untuk berendam yang airnya dialirkan dari air terjun yang mengalir. Berendam di kolam-kolam kecil itu sembari menikmati secangkir kopi dengan keindahan di depan mata yang menghampar, oh sungguh sebuah kenikmatan yang tiada tara.

Untuk mencapai lokasi ini tidaklah susah,  dari Jakarta masuk jalan tol Jagorawi dan keluar di terminal Baranang siang, lalu lanjutkan menuju kampus IPB di Dermaga, dari kampus IPB tersebut taruslah menguti jalan kemudian anda belok ke arah cikampak atau dari arah cibatok, pintu gerbang gunung bunder sendiri masih sekitar 10km dari jalan raya tersebut, jika menemukan kesulitan silahkan tanya ke penduduk setempat, karena menurut pengalaman saya hampir semua penduduk di kawasan tersebut tahu dimana lokasi gunung bunder dan mereka dengan senang hati akan membatu kita.

Selamat berlibur..
 
 

Tuesday, November 1, 2011

Taman Wisata Tirta Sanita Gunung Kapur, Ciseeng, Bogor


KETIMBANG jauh-jauh ke Puncak Bogor atau harus mengeluarkan banyak uang ke Taman Impian Jaya Ancol, mengisi liburan di Taman Tirta Sanita yang terletak di Desa Bojong Indah, Kecamatan Parung, Bogor, agaknya layak dipertimbangkan untuk menjadi target akhir pekan nanti.

Lokasinya nggak jauh kok. Kalau dari Jakarta jaraknya hanya sekitar 30 kilometer jika ditempuh melalui Jalan Raya Ciputat dan sampai Pasar Parung mengambil jalan ke kanan arah ke Bojong Indah. Sedangkan dari Tangerang hanya sekitar 15 km melalui Jalan Raya Serpong. Nah, kalau dari pusat kota Bogor jaraknya hanya sekitar 20 km.


 Apa yang bisa kita nikmati di Tirta Sanita? Sekarang sudah bertambah banyak sarana rekreasi yang bisa dinikmati di sini. Selain yang utama adalah mandi di kolam air panas belerang yang bermanfaat untuk kesehatan, kecantikan dan penyembuhan berbagai jenis penyakit kulit, juga tersedia outbond serta wahana untuk memberikan kegembiraan bagi anak-anak.

Berbagai fasilitas outbond sudah tersedia, antara lain jembatan tali dan flying fox sepanjang kurang lebih 100 meter, yang melintas di atas kolam ikan. Wahana untuk anak-anak juga banyak, di antaranya balon air, kereta mini, mobil senggol, gokart mini, dan sebagainya yang dijamin membuat anak-anak gembira.

Dalam kawasan seluas kurang lebih 8 hektar ini, juga tersedia banyak area lapangan yang dapat digunakan keluarga untuk menggelar acara makan bersama. Nggak usah repot-repot bawa tikar, karena cukup sewa Rp5.000 per tikar, untuk digunakan seharian. Harga tiket masuk kawasan ini juga terjangkau, hanya Rp8.000 (dewasa) dan Rp6.000 (anak-anak).

Jika kita ingin menyaksikan hijaunya alam dan suasana pedesaan yang sedap dipandang mata, bisa menaiki Gunung Kapur Ciseeng yang berada di jantung kawasan ini. Sudah disediakan jalur tangga untuk didaki sampai ke puncak, di mana juga terdapat kolam sumber mata air panas yang mengandung belerang. Dari puncak itulah kita bisa menyaksikan panorama pegunungan, persawahan dan pedesaan.
Pengobatan Penyakit Kulit
Selain untuk berwisata, Taman Tirta Sanita juga layak dikunjungi karena memiliki banyak kolam air panas belerang alami yang mengalir dari Gunung Kapur Ciseeng. Itulah sebabnya dulu orang lebih mengenal lokasi ini dengan nama Air Panas Ciseeng.


Selain menyediakan kolam renang air panas, juga ada kamar mandi air panas bagi yang menginginkan privasi. Ada kamar mandi kecil berukuran 2×2 meter untuk atu orang yang bisa disewa dengan harga Rp7.000 per jam dan kamar mandi VIP berkukuran 4×4 meter dengan harga sewa Rp10.000 per orang untuk satu jam.
Sumber air panas Tirta Sanita ini telah diuji oleh TEMAC Thai Engineering Materials Analysis C. Ltd, yang menyatakan bahwa air panas tersebut bermanfaat untuk kesehatan, terutama untuk pengobatan berbagai macam penyakit kulit, tulang, dan berbagai penyakit lainnya. Uniknya, air panas di sini mengandung tiga unsur sekaligus yakni belerang, kapur dan garam. Selain itu, setelah mandi air panas tidak timbul rasa lengket di kulit. Itu pula sebabnya dianjurkan untuk tidak membilas setelah main air panas di sini, sehingga khasiatnya dapat lebih dirasakan.

“Habis mandi air panas yang mengandung belerang sebaiknya badan tidak usah dibilas. Biarkan airnya mengering sendiri di kepala dan badan. Bagus buat kesehatan dan kecantikan.” Demikian tertulis pada kertas yang ditempel di sebelah kiri tepat di loket pendaftaran masuk ke pemandian.

Tips kesehatan tersebut di tulis oleh seorang Korea yang acapkali datang mandi ke tempat pemandian air panas tersebut. Nah, Taman Tirta Sanita saat ini sudah semakin oke. Selain tempat rekreasi ini menawarkan berbagai fasilitas wisata, juga menjamin adanya manfaat bagi kesehatan dan kecantikan, dan so pasti biayanya terjangkau buat kantong semua lapisan masyarakat.
Akses menuju Tirta Sanita
1. Bogor - Jampang - perempatan Ciseeng lalu ambil jalan lurus ke arah Gunung Kapur.
2. Bogor - Pasar Parung - Bojong Indah, lalu ke ambil jalan kiri ke aras Gunung Kapur.
3. Depok - Sawangan - Pasar Parung - ambil jalan lurus ke arah Gunung Kapur.
4. Jakarta - Tol Serpong - Puspitek - Pasar Prumpung - lurus ke aras Gunung Kapur.
5. Jakarta - Pasar Ciputat - Parung - ambil jalan ke kanan menuju Ciseeng.
6. Jakarta - Pondok Cabe - Parung - ambil jalan ke kanan menuju Ciseeng.
7. Tangerang - Serpong - Puspitek - Pasar Prumpung - lurus ke aras Gunung Kapur.

Untuk informasi terbaru kunjungi websitenya: www.tirtasanitahotspring.com

Saturday, October 22, 2011

Taman Wisata Alam Maribaya, Bandung

Wisata air terjun yang sudah terkenal sejak lama di Bandung adalah Maribaya. Di kawasan wisata Maribaya terdapat beberapa buah air terjun karena Maribaya dialiri oleh dua buah sungai. Sesaat setelah memasuki pelataran parkir kendaraan dan melihat kebawah, kita sudah bisa menikmati sebuah air terjun yang tidak terlalu tinggi tetapi begitu indah karena mengalir deras melalui beberapa buah batu besar, mirip dengan Niagara dalam versi miniatur. Objek wisata Maribaya dikenal memiliki alam yang hijau dan udara yang sejuk tetapi juga sebenarnya dikenal sebagai tempat pemandian air panas. Karena di objek wisata Maribaya terdapat sebuah aliran air panas alami yang mengandung belerang. Oleh karena itu tidak heran jika pada akhir pekan, Maribaya banyak dikunjungi oleh wisatawan yang berasal dari daerah-daerah yang tidak terlalu jauh dari Bandung. Khusus datang hanya untuk duduk-duduk, berbincang sambil menikmati makanan yang mereka bawa dari rumah di atas selembar tikar yang dapat mereka sewa.


Untuk menikmati nuasa alam Maribaya beserta air terjunnya tidak diperlukan biaya yang mahal. Cukup kurang lebih 3000 rupiah per orang, pengunjung sudah bisa masuk berkeliling hutan di objek wisata Maribaya. Selain air terjun, di kawasan wisata Maribaya juga terdapat objek wisata berupa Goa Jepang. Bagi penggemar trekking, mungkin rute Maribaya hingga Goa Jepang bisa dijadikan tujuan pemuas hobi. Karena dari info yang aku dengar disana jaraknya kurang lebih 5 km hingga sampai ke Goa Jepang. Jalan yang ditempuh tersebut juga akan menuntun kita hingga ke Dago atau Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Tapi kalo aku sendiri sih waktu kesana tidak mencoba ya hehehe, aku cukup sampe curug Omas saja.

 
Seperti yang tadi aku ceritakan di awal, jika menikmati alam yang hijau dan udara yang sejuk dirasakan belum cukup. Maka silahkan mencoba menikmati pemandian air hangat di Maribaya. Bagi yang ingin bermain-main air panas saja, maka kolam air panas dirasakan cukup bagi para pengunjung. Tapi untuk para wisatawan yang ingin sedikit serius dan butuh privasi, boleh-boleh saja berendam di dalam sebuah ruangan tertutup yang didalamnya terdapat bathtub. Tetapi ini juga hanya sebuah ruangan yang bentuknya sederhana dan kita juga tidak bisa berendam terlalu lama dalam bak tersebut. Mungkin hanya sekitar 20 menit waktu yang dianjurkan, karena uap belerangnya membahayakan bagi kesehatan pengunjung jika berendamnya terlalu lama. Air yang panas tersebut memang berwarna kecoklatan, tetapi itu bukan berarti airnya keruh karena lumpur. Justru berwarna kecoklatan karena mengandung belerang yang dipercaya dapat membuat kulit sembuh dari penyakit dan juga membuat kulit lebih mulus. (Ge)

Tuesday, January 18, 2011

KAWAH KAMOJANG

PLTU Kamojang
Kawasan Kawah Kamojang adalah kawasan wisata pegunungan yang alami, terletak di perbatasan Bandung - Garut, tepat nya di Kec. Ibun. Pegunungan Kamojang adalah pegunungan yang memiliki gas panas bumi yang aktiv dan merupakan Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Pertama Di Indonesia.

Perjalanan ke Kawah Kamojang bisa lewat Garut (Tol Cileunyi, Cicalengka, Garut - Samarang) atau (Tol. Cileunyi, Rancaekek, Majalaya, Paseh - Kamojang) or lewat (Tol Moh. Toha,/ Tol. Buah Batu, Baleendah, Ciparay, Majalaya, Paseh-Kamojang), dalam perjalanan kita akan disuguhkan dengan pemandangan alam pegunungan yang sejuk serta pesawahan2 yang elok. Selain itu kita juga akan di hadapkan dengan Track2 yang cukup menantang karena jalur menuju Kamojang banyak sekali tanjakan yg cukup "killer" Tanjakan yg paling killer namanya tanjakan "Monteng".
Tanjakan Monteng
Kawasan tanjakan monteng ternyata memiliki objek wisata yang cukup menarik nama nya "Curug Madi", Curug ini ga terlalu tinggi tapi sangat indah banget sekali pisan lagh...lokasi nya terletak di bawah tanjakan monteng dan hanya bisa di tempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan motocross Jarak nya kurang lebih 5 km dari tanjakan monteng.
Curug Madi
Selain curug dan kawah ternyata kamojang juga memiliki danau yang indah & natural nama nya "Danau Ciharus" Kawasan Danau Ciharus terletak di sebelah Kulon kawah kamojang kawasan danau ciharus terlatak ditengah hutan yang lebat & diapit oleh gunung yg cukup lebat . Perjalanan ke danau ciharus bisa ditempuh dengan mengunakan motocross bagi yang punya yang ga punya motocross ya olahraga kaki saja lah alias Cokorcross He..he...
Sasak Gombreng " Sasak di belakang PLTU dan merupakan jalur menuju Danau Ciharus"

Danau Ciharus


Kawah-kawah yang terdapat di Kamojang.
  • Kawah Manuk, adalah kawah pertama yang akan kita lihat jika memasuki kawasan wisata kamojang.

  • Kawah Kereta Api, adalah kawah yg unik karena hanya terlihat semburan uap berwarna putih saja dan bunyi nya buzzz...kenceng.

  • Kawah Hujan, adalah kawah yg paling unik karena kalo kita berada di kawah tersebut otomatis baju kita akan sedikit basah terkena semburan uap yg lembut seperti hujan gerimis.

  • Kawah Beureum, adalah kawah terakhir yg berada di kawasan wisata kamojang.

  • Pemandian Air Panas Terbuka (open sauna) letak nya di sekitar bumi perkemahan kamojang.





Selain kawah, air terjun & danau kamojang juga memiliki hutan pinus yang lebat, cantik serta indah di pandang mata.


Hutan pinus kamojang.


Satu lagi bahasan yang hampir saja saya lupakan yaitu "Bumi Perkemahan Kamojang" Bagi anda2 yang suka Camping, Kawasan ini dijamin bisa memuaskan anda, karena fasilitas nya komplit banget diantaranya : Kawasan rumput hijau di kelilingi pepohonan yang rimbun asyik banget untuk pasang tenda disana, kamar mandi & toilet pria & wanita yg terpisah, Mushola lengkap dengan pancuran untuk wudhu, rumah pohon, gazebo (saung), bagi anda penggemar olahraga outbound di sana juga tersedia flying fox, & terkahir yang paling special adalah tempat pemandian air panas gratis...apalagi kalo turun hujan... uenak tenan...




Taman Kamojang


sumber: http://fiscal-agusti.blogspot.com/2009/07/kawah-kamojang.html

Wednesday, December 1, 2010

Air Terjun Cibeureum

Cibodas yang terletak di Kabupaten Bogor identik dengan Taman Bunga dan kawasan Gunung Gede Pangrango. Di kawasan Gunung Gede Pangrango ini banyak ditemui tempat-tempat menarik untuk dikunjungi, salah satunya air terjun Cibeureum. Meskipun harus menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, sesampainya disana, semua kelelahan pun terbayar.

Menuju air terjun Cibeureum memang memerlukan usaha. Jalanan berbatu yang terjal dengan pemandangan pepohonan rindang di kanan dan kiri jalan adalah teman di sepanjang perjalanan. Terkadang, hewan-hewan hutan keluar dari rumah, menyambut tamu yang datang ke sana. Ada beberapa pos penjagaan yang ditemui di perjalanan. Selain itu juga ada Telaga Biru yang bisa dilihat. Telaga ini berwarna biru karena dipenuhi ganggang di dasarnya.

Tak perlu takut tersesat karena meskipun berjalan di hutan, ada petunjuk yang jelas tentang jalan yang harus ditempuh untuk mencapai air terjun Cibeureum. Setelah melewati jalanan berbatu, jembatan kayu sepanjang kurang lebih satu kilo pun ikut menyambut pendatang. Hati-hati berjalan disini karena kayunya licin. Usai melewati jembatan kayu, sampailah kita di air terjun Cibeureum.

Air terjun Cibeureum menawarkan pemandangan air di ketinggian 50 meter serta lumut merah diantara dinding air terjun. Selain air terjun Cibeureum yang airnya deras, tampak juga dua air terjun lainnya disisi kanan. Berwisata disini sangat menyenangkan. Selain bisa merasakan kesejukan air dari dua tempat peristirahatan, jika berani melawan dinginya air udara pegunungan, silahkan bermain dibawah air terjun.

Dalam perjalanan menuju air terjun cibuereum kita menikmati pemandangan yang hijau, serta terdapat telaga biru..


Tips menuju air terjun Cibeureum
Mengingat ini adalah kawasan pegunungan, jaket atau sweater tentunya wajib dipakai. Tapi tak hanya itu, di gunung hujan tentunya kerap turun, sebaiknya siapkan juga payung atau jas hujan.

Jalan yang ditempuh adalah bebatuan dan jembatan kayu yang licin. Pakai sandal atau sepatu gunung adalah pilihan yang sangat baik.

Bawa makanan dan minuman. Perjalanan jauh tentunya menguras tenaga. Apalagi berada di pegunungan. Bekal ini bisa dinikmati di tempat peristirahatan sambil memandangi air terjun. Tapi ingat, usai makan dan minum, buang sampahnya ditempat yang telah disediakan, sebuah kantong plasti hitam. Jika tak ada, rasanya tak salah kalau sampahnya dibawa lagi bersama dan buang di tempat sampah saat dibawah.

Jangan membawa beban terlalu banyak karena perjalanan yang akan dilewati sangat berat.



sumber: http://adventurenatureindonesia.blogspot.com

Friday, November 26, 2010

Gua Sunyaragi, Cirebon





Tamansari Gua Sunyaragi terdapat sekitar 3.000 peninggalan arkeologi di Indonesia, berupa bangunan, situs dan permukiman. Peninggalan ini termasuk benda tak bergerak. Dengan jumlah sebanyak itu kebudayaan, Indonesia boleh dibilang sejajar dengan dengan kebudayaan Mesir, Cina dan India.

Peninggalan arkeologi yang terawat dan tergarap sebagai objek wisata budaya dengan baik jumlahnya masih sedikit, selebihnya megap-megap untuk bisa bertahan tak lapuk dimakan waktu. Salah satunya adalah Tamansari Gua Sunyaragi. Objek budaya ini berada di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono, Cirebon.


Konstruksi dan komposisi bangunan situs ini merupakan sebuah taman air. Dari sisa peninggalan yang ada, terlihat kecanggihan dan keunikan hasil budaya manusia pada zamannya. Dan seharusnya, itu masih bisa terlihat sampai sekarang bila tak ada gangguan dan perawatan secara berkala. 

Situs yang luasnya sekitar 1,5 hektare begitu memiriskan dada. Saat ini, objek wisata budaya ini tak lagi bergigi. Berantakan dan rasanya tak pantas untuk ditawarkan kepada wisatawan. keluarga.  Taman Sunyaragi berasal dari kata ”sunya” yang berarti sepi dan ”ragi” yang berarti raga atau jasad. Taman ini berada di dalam kekuasaan Keraton Kasepuhan. Walaupun berubah -ubah fungsinya menurut kehendak penguasa pada zamannya, secara garis besar Taman Sunyaragi adalah taman tempat para pembesar keraton dan prajurit keraton bertapa untuk meningkatkan ilmu kanuragan.

Taman Sunyaragi terdiri dari 12 bagian : 
(1)     bangsal jinem, tempat sultan memberi wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih; 
(2)     goa pengawal, tempat berkumpul para pengawal sultan; 
(3)     kompleks Mande Kemasan (sebagain hancur); 
(4)     gua Pandekemasang, tempat membuat senjata tajam; 
(5)     gua Simanyang, tempat pos penjagaan; 
(6)     gua Langse, tempat bersantai; 
(7)     gua peteng, tempat nyepi untuk kekebalan tubuh; 
(8)     gua Arga Jumud, tempat orang penting keraton;
(9)     gua Padang Ati, tempat bersemedi; 
(10)   gua Kelanggengan, tempat bersemedi agar langgeng jabatan; 
(11)   gua Lawa, tempat khusus kelelawar; 
(12)   gua pawon, dapur penyimpanan makanan.

Mengamati Sunyaragi kita dapat melihat rangkaian sejarah sesuai dengan masanya.  Dari data penelitian, konstruksinya menunjukkan keunikan, setiap kurun waktu selalu ada perubahan bentuk menurut selera serta kebutuhan sultan yang memerintah. Ini juga menyangkut dengan fungsi dari tempat ini. Lama-kelamaan, Tamansari Gua Sunyaragi berfungsi ganda. Bukan hanya digunakan sebagai pesangrahan saja, tapi juga untuk kegiatan politik perlawanan. 


Simbol perlawanan itu dapat terlihat pada masa pemerintahan Sultan Matangaji Tajul Arifin, tempat ini dijadikan sebagai tempat pembuatan senjata dan pusat latihan olah keprajuritan kerajaan. Itu sebabnya, pada masa pemerintahan Sultan Adiwijaya pada tahun 1852, Tamansari Gua Sunyaragi mengalami renovasi, setelah sebelumnya dihancurkan oleh Belanda. 

Untuk perbaikan itu, Sultan menugaskan arsitek Cina. Konon, arsitek itu disekap dan dibunuh agar rahasia Gua Sunyaragi tak bocor ke tangan Belanda. Chay Khong dan Sam Pho Tia Jin juga sering dihubung-hubungkan dengan legenda Sunyaragi. Apalagi, kompleks ini juga menyimpan bukti ada situs yang diberi patok “Kuburan Cina”. Di dekatnya terdapat pohon beringin yang umurnya sudah ratusan tahun. Saking tuanya, beberapa batangnya perlu disangga dengan tiang beton dan besi. 

Upaya Pemugaran Pemugaran Tamansari Gua Sunyaragi pernah dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1937-1938. Pelaksanaannya diserahkan kepada seorang petugas Dinas Kebudayaan Semarang. Namanya, Krisjman. Ia hanya memperkuat konstruksi aslinya dengan menambah tiang-tiang atau pilar bata penguat, terutama pada bagian atap lengkung.  Namun terkadang ia juga menghilangkan bentuk aslinya, apabila dianggap membahayakan bangunan keseluruhan. Seperti terlihat di Gua Pengawal dan sayap kanan-kiri antara gedung Jinem dan Mande Beling.  

Pemugaran terakhir dilakukan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala, Direktorat Jenderal Kebudayaan, yang memugar Tamansari secara keseluruhan dari tahun 1976 hingga 1984. Sejak itu tak ada lagi aktivitas pemeliharan yang serius pada kompleks ini.  Bila ditilik, kompleks taman air dilahirkan lewat proses yang teramat panjang. Tempat ini beberapa kali mengalami perombakan dan perbaikan. Menurut buku Purwaka Carabuna Nagari karya Pangeran Arya Carbon, Tamansari Gua Sunyaragi dibangun pada tahun 1703 M oleh Pangeran Kararangen. Pangeran Kararangen adalah nama lain dari Pangeran Arya Carbon. 

Namun menurut Caruban Kandha dan beberapa catatan dari Keraton Kasepuhan, Tamansari dibangun karena Pesanggrahan ”Giri Nur Sapta Rengga” berubah fungsi menjadi tempat pemakaman raja-raja Cirebon, yang sekarang dikenal sebagai Astana Gunung Jati. Terutama dihubungkan dengan perluasan Keraton Pakungwati (Cirebon) yang terjadi pada tahun 1529 M, dengan pembangunan tembok keliling keraton, Siti Inggil dan lain-lain. Sebagai data perbandingan, Siti Inggil dibangun dengan ditandai candra sengkala ”Benteng Tinataan Bata” yang menunjuk angka tahun 1529 M. 

Di Tamansari Gua Sunyaragi ada sebuah taman Candrasengkala yang disebut ”Taman Bujengin Obahing Bumi” yang menunjuk angka tahun 1529. Di kedua tempat itu juga terdapat persamaan, yakni terdapat gapura ”Candi Bentar” yang sama besar bentuk dan penggarapannya.  Dijelaskan, Pangeran Kararangen hanya membangun kompleks Gua Arga Jumut dan Mande Kemasan saja. 

Fasilitas yang ada : 
Tempat Parkir

Aksesibilitas : 
Terletak di Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, 500m dari Keraton Kasepuhan.


sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id