Monday, October 31, 2011

DANAU LAU KAWAR

 

Danau Lau Kawar di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, adalah satu dari dua danau di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), selain Danau Marpunge di Kutacane, Aceh tenggara.

Danau ini terletak di kaki Gunung Sinabung Tanah Karo, sekitar 50 km dari kota Medan.
Dibandingkan dengan luas Danau Toba yang mencapai 1.265 kilometer persegi, luas Danau Lau Kawar yang hanya 200 hektar memang tak ada apa-apanya. Tetapi, Lau Kawar sebenarnya memiliki pesona tersendiri yang tidak kalah indahnya dibandingkan dengan Toba yang sudah mendunia.

 
Air danau yang bening dan tenang, serta udara yang sejuk, adalah sambutan pertama saat mencapai danau ini. Keindahan akan kian terasa saat berdiri di tepi danau. Selain air jernih dan tenang, rimbunan pepohonan mengelilingi danau ini adalah pesona tersendiri. Di tengah gencarnya pembabatan liar, ternyata masih ada hutan yang relatif lestari.
Danau ini merupakan salah satu pintu gerbang utama para pendaki untuk mencapai puncak Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.451 meter dpl. Selama ini gunung tertinggi di Sumut ini merupakan salah satu gunung favorit bagi para pendaki.
 
 
Di samping itu, Deleng (bukit) Lancuk yang berada di sekitar Danau Lau Kawar bisa juga menjadi jalur tracking yang menawan bagi para pelancong yang tak ingin bersusah-susah mendaki Sinabung. Dan tanah lapang di sekitar danau bisa menjadi tempat favorit untuk menginap dengan mendirikan tenda selama pendakian ke Gunung Sinabung.
 

Saturday, October 22, 2011

Taman Wisata Alam Maribaya, Bandung

Wisata air terjun yang sudah terkenal sejak lama di Bandung adalah Maribaya. Di kawasan wisata Maribaya terdapat beberapa buah air terjun karena Maribaya dialiri oleh dua buah sungai. Sesaat setelah memasuki pelataran parkir kendaraan dan melihat kebawah, kita sudah bisa menikmati sebuah air terjun yang tidak terlalu tinggi tetapi begitu indah karena mengalir deras melalui beberapa buah batu besar, mirip dengan Niagara dalam versi miniatur. Objek wisata Maribaya dikenal memiliki alam yang hijau dan udara yang sejuk tetapi juga sebenarnya dikenal sebagai tempat pemandian air panas. Karena di objek wisata Maribaya terdapat sebuah aliran air panas alami yang mengandung belerang. Oleh karena itu tidak heran jika pada akhir pekan, Maribaya banyak dikunjungi oleh wisatawan yang berasal dari daerah-daerah yang tidak terlalu jauh dari Bandung. Khusus datang hanya untuk duduk-duduk, berbincang sambil menikmati makanan yang mereka bawa dari rumah di atas selembar tikar yang dapat mereka sewa.


Untuk menikmati nuasa alam Maribaya beserta air terjunnya tidak diperlukan biaya yang mahal. Cukup kurang lebih 3000 rupiah per orang, pengunjung sudah bisa masuk berkeliling hutan di objek wisata Maribaya. Selain air terjun, di kawasan wisata Maribaya juga terdapat objek wisata berupa Goa Jepang. Bagi penggemar trekking, mungkin rute Maribaya hingga Goa Jepang bisa dijadikan tujuan pemuas hobi. Karena dari info yang aku dengar disana jaraknya kurang lebih 5 km hingga sampai ke Goa Jepang. Jalan yang ditempuh tersebut juga akan menuntun kita hingga ke Dago atau Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Tapi kalo aku sendiri sih waktu kesana tidak mencoba ya hehehe, aku cukup sampe curug Omas saja.

 
Seperti yang tadi aku ceritakan di awal, jika menikmati alam yang hijau dan udara yang sejuk dirasakan belum cukup. Maka silahkan mencoba menikmati pemandian air hangat di Maribaya. Bagi yang ingin bermain-main air panas saja, maka kolam air panas dirasakan cukup bagi para pengunjung. Tapi untuk para wisatawan yang ingin sedikit serius dan butuh privasi, boleh-boleh saja berendam di dalam sebuah ruangan tertutup yang didalamnya terdapat bathtub. Tetapi ini juga hanya sebuah ruangan yang bentuknya sederhana dan kita juga tidak bisa berendam terlalu lama dalam bak tersebut. Mungkin hanya sekitar 20 menit waktu yang dianjurkan, karena uap belerangnya membahayakan bagi kesehatan pengunjung jika berendamnya terlalu lama. Air yang panas tersebut memang berwarna kecoklatan, tetapi itu bukan berarti airnya keruh karena lumpur. Justru berwarna kecoklatan karena mengandung belerang yang dipercaya dapat membuat kulit sembuh dari penyakit dan juga membuat kulit lebih mulus. (Ge)

Thursday, October 13, 2011

Kayangan Api, Jawa Timur


Kayangan Api Adalah berupa sumber api yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem,Kabupaten Bojonegoro,Jawa Timur. sebuah desa yang memiliki kawasan hutan sekitar 42,29% dari luas desa. Menurut cerita, Kayangan Api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe berasal dari kerajaan Majapahit. Di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang dan menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain.


Sumber Api, oleh masyarakat sekitarnya masih ada yang menganggap keramat dan menurut cerita, api tersebut hanya boleh diambil jika ada upacara penting seperti yang telah dilakukan pada masa lalu, seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X dan untuk mengambil api melalui suatu prasyarat yakni selamatan/wilujengan dan tayuban dengan menggunakan fending eling-eling, wani-wani dan gunungsari yang merupakan gending kesukaan Mbah Kriyo Kusumo.

Oleh sebab itu ketika gending tersebut dialunkan dan ditarikan oleh waranggono tidak boleh ditemani oleh siapapun. Dari berbagai sumber cerita, maka Kayangan Api yang letakya sekitar 25 km dari ibukota Bojonegoro dijadikan sebagai obyek wisata alam dan dijadikan tempat untuk upacara penting yakni Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, ruwatan masal dan Wisuda Waranggono. Tempat wisata ini telah dibenahi dengan berbagai fasilitas seperti pendopo, tempat jajanan, jalan penghubung ke lokasi dan fasilitas lainnya.

Lokasi kayangan api sangat baik untuk kegiatan sebagai lokasi wisata alam bebas(outbound). Dan pada hari-hari tertentu terutama pada hari Jum'at Pahing banyak orang berdatangan di lokasi tersebut untuk maksud tertentu seperti agar usahanya lancar, dapat jodoh, mendapat kedudukan dan bahkan ada yang ingin mendapat pusaka. Acara tradisional masyarakat yang dilaksanakan adalah Nyadranan (bersih desa) sebagai perwujudan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Pengembangan wisata alam Kayangan Api diarahkan pada peningkatan prasarana dan sarana transportasi, telekomunikasi dan akomodasi yang memadai. Kunjungan ke obyek wisata.
Wisata Indonesia Surga Dunia
 
sumber: http://wisataunikindonesia.blogspot.com/2011/08/wisata-kayangan-api.html